Advertisements

Selasa, 22 November 2011

MARI MENJADI PEJANTAN TANGGUH !

Sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan terjadi saat para aktifis dakwah yang duduk di Badan eksekutif Mahasiswa melakukan aksi demo tatkala sang Presiden datang kedaerahnya. Namun sayang ditengah aksinya, para penjaga keamananpun melakukan aksinya. Sebuah sekenario jelas  terlihat. Saat para mahasiswa berteriak meminta keadilan dinegeri ini, para penjaga keamanan dengan “gagah berani” melakukan aksinya. Meredupkan semangat para jiwa muda yang mencintai agama dan Bangsanya. Saya benar-benar tersenyum melihat kejanggalan para penjaga keamanan dengan sebuah permainan “lempar batu sembunyi tangan”. Sebenarnya ingin rasanya saya berteriak kepada mereka.



“Hai Bung!, itu permainan kami waktu masih ingusan!”.

Hari ini sebagaimana hari-hari yang telah berlalu. Kita tetap masih saja berada dalam sebuah skenario kekuasaan yang brutal. Mereka seperti sepakat melihat kita umat islam sebagai sebuah amcaman. Itu karena mereka tidak pernah merenungi sejarah. Pandangan mereka terlalu jumud untuk bagaimana memerintah.

            Dan posisi kita para aktivis dakwah sekarang adalah mengkoordinir sebagus mungkin kiprah mereka. Memang ada saatnya kita untuk menggantikan mereka yang mengantuk dikursi-kursi empuk. Sebuah kebijakan terlalu terburu-buru diambil saat penetapan kursi untuk para pejabat. Kursinya terlalu “empuk” jadi sangat menggoda untuk ditiduri. Apalagi ada nyanyian pengemis, teriakan para aktivis mahasiswa dan berbagai macam pengaduan disamping mereka. Mereka sekarang punya tips yang sangat bagus untuk bagaimana menikmati kursi empuk itu dengan mengangab teriakan, permintaan tolong dan lainnya sebagai nyanyian sendu pengantar tidur. Kita para rakyat dan mahasiswa sudah sangat terbiasa dengan perlakuan mereka. Jadi bagaimanapun dan sekeras apapun kita berteriak tetap saja mereka tidak mendengar. Nah. Tips ini kemudian di coba-coba oleh mereka pada pemimpin yang berkuasa. “Apakah kita (para penguasa) berhasil menerapkan sistem “mendengkur” saat pak pemimpin berbicara”. Namun sayang, belum sempat beberapa menit memejamkan mata dan memasuki dunia kapuk dengan cita-cita akan bermimpi indah bertambah gaji, sang pemimpin langsung berang.

“apakah kalian mau menyamai saya dengan para rakya jelata?? Saya ini pemimpin kalian! Jika kalian mendengkur seperti itu disaat saya menyampaikan sesuatu, bagaiman dengan para petani, buruh, mahsiswa, dan rakyat semua??”. 

            Bagusnya ditanya “berapa banyak air mata rakyat yang telah engkau tumpahkan di sawah saat mereka para petani melihat padi dan lahan mereka yang kering kerontang karena Irigasi yang ditenderkan sudah lima tahun lalu tapi sampai hari ini belum selesai terbangun. Berapa banyak peluh keringat bercampur air mata yang keluar dijalan-jalan saat mereka para pengemis meminta-minta karena lahan yang kian mengecil dan PHK terjadi besar-besaran tanpa ada pengharapan akan dibuka lapangan kerja lain. Berapa serak suara mahasiswa yang meminta keadilan para penguasa yang mengelapkan uang jatah untuk makan para rakyat yang sebentar lagi akan merenggang nyawa”.

            Ya. seperti itulah. Kekuasaan membuat mereka terlena. Namun apakah kita juga akan ikut terlena wahai para pemuada yang mencintai Allah dan Rasul seutuhnya?. Tidak! Kita tidak boleh mendengakur seperti mereka. Kita tidak pekak. Telinga kita masih sangat terang untuk mendengar rintihan masyarakat yang rindu akan syariat Allah.

            Jauh-jauh hari para guru kita telah mengajarkan dan menanam semangat itu kedalam darah setiap pemuda muslim. Bahwa berkata yang benar dihadapan para penguasa adalah sebuah bentuk kejantanan. Saksikanlah bahwa kita adalah pejantan. 

Dari sejumlah kisah para pejantan, saya ingin kembali mengulang kisah yang luar biasa. Yang terjadi saat bangsa Mongol yang dikenal berani dan kejam berkuasa. Siapa pejantan itu. Ini dia.

            Ketika Sultan mongol, Qazan menguasi damaskus, datanglah kepadanya raja al-Karj. Ia menyerahkan harta yang melimpah ruah kepadanya, dengan maksud agar Qazan mengizinkannya untuk membantai umat islam dari penduduk damaskus. Saat berita itu terdengar oleh Ibnu taimiyah, ia langsung bangkit, membakar semangat kaum muslimin agar berani berjuang. Ia menjanjikan kepada mereka kemenangan, keamanan dan ketenangan jika mereka mau berjuang. Maka terpilihlah beberapa pemuka dari mereka untuk menyertai Ibnu taimiyah pergi kepada Sulta Qazan. Ketika Qazan melihat Syaikhul islam, Allah melontarkan dihatinya rasa segan terhadap Syaikhul islam Ibnu Taimiyah. Hingga sang sultan mendekat kepadanya. Mulailah sang syaikh berbicara tentang haramnya darah kaum muslimin dan kehormatannya. Syaikh menasehatinya, dan ia pun menerimanya secara sukarela. Dengan demikian maka terlindunglah darah umat islam karena perjuangan Ibnu Taimiyah. Qazan menyambut mereka itu dengan dan menghidangkan makanan, maka semuanya makan kecuali Ibnu Taimiyah, ia tidak mau makan. Ketika Qazan bertanya: mengapa engkau tidak makan? Ibnu taimiya menjawab dengan lantang tanpa basa-basi atau tendeng aling-aling yang dicatat dengan tinta emas sejarah, betapa beraninya beliau: “Bagaimana aku memakan dari makananmu, karena semuanya adalah kambing hasil jarahan pasukanmu yang mengambilnya secara paksa dari para pemilinya. Kemudian engkau memasaknya dengan kayu manusia yang engkau tebang?! Aku tidak mau memakan harta haram!”.

            Sang sultan mongol, Qazan itu tak dapat berkutik. Kemudian Qazan meminta doa dari Ibnu Taimiyah, maka Ibnu Taimiyah bedoa dengan doa yang membuat ulama lain yang berada disekitarnya gemetar:

            “Ya Allah, jika hambamu ini berperang agar kalimah-Mu menjadi yang tertinggi, dan agar semua agama hanya menjadi milik-Mu maka menangkan ia, dukunglah ia dan kuasakan ia atas negeri-negeri dan manusia. Akan tetapi jika ia berperang hanya karena riya`, sum`ah, dan mencari dunia, serta agar kalimatnya yang tertinggi juga untuk menghinakan islam dan orang-orang nya, maka hinakan ia, goncangkan ia, hancurkan dan musnahkan ia”.

            Semua doa itu diamini oleh Qazan. Sementara orang yang duduk disebelah Ibnu Taimiyah langsung merapikan pakaian karena yakin kalau Qazan akan memerintahkan pasukannya untuk memenggal leher Ibnu Taimiyah.

Sebuah cerita yang luar biasa tentang manusia jantan yang diabadikan sejarah dan dikenang sepanjang masa.

            Inilah salah satu gambaran sika para penjantan. Tangguh. Tangguh sekali. Bukan mereka yang jatuh bangun mengemis cinta pada seorang perempuan. Taukah kita kenapa ada yang mengemis cinta pada tempat yang salah? Karena ia bukan seorang pejantan tangguh. Jika ada yang mengemis pada yang bukan tempatnya, maka kelakuannya sangat memalukan. Namun sekarang berbeda. Ini adalah sebuah kejantanan bagi sebagian mereka lupa arah jalan pulang. 

            Pulang, sebuah kata dalam buku catatan seorang seorang ukhti 5, Buk Kusmarwanti yang beliau artikan begitu halus dalam lembaran “rekayasa kematian”.

 “Pulang.  Adalah suatu kata yang teramat sederhana namun selalu membuat hati saya serasa dicengkeram saat mendengarnya. Seakan kematian itu semakin mendekat. Dan saya ingin pulang dengan cara yang halus dan menyenangkan. Seandainya pun saya harus menghitung hari dengan rekayasa kematian Mc Veigh, saya selalu berdo`a dengan barisan do`a para malaikat, semoga kematian itu menjadi kematian yang menyenangkan… meskipun orang akan tersayat dengan bentuk fisik saya yang terluka ”. 

            Nah. Kita menginginkan itu. Stelah menjadi pejantan tangguh kita akan pulang dengan cara yang begitu halus walaupun bentuk fisik hancur. Karena kita tau jalan pulang. Karena kita tidak lupa. Itu semua karena kita pejantan tangguh. insyaAllah…      









Bumi mahasiswa,






0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Catatan Pinggir Mahasiswa Kesepian All Right Reserved
Designed by Harman Singh Hira @ Open w3. Published..Blogger Templates