Pelajaran di suatu Jum`at (barangkali ada judul yang lebih pantas)
Suatu
ketika, saya shalat jumat disebuah mesjid yang biasanya selalu diisi oleh
khatip-khatip pilihan dan ternama didaerah tersebut. Sebelum jumat saya
tertidur dan baru terbangun ketika azan hampir berkumandang. Singkatnya, saya
baru tiba dimesjid ketika khatip sudah memasuki isi khutbahnya. Dan khutbah
pembuka sudah selesai.
Sang
khatip begitu mengebu-ngebu menyampaikan khutbahnya. Namun kali ini, saya
melihat sang khatip banyak sekali mengambil referensi khutbah dari beberapa
ahli sufi, dan tidak jarang ia memuji dengan penuh sanjungan terhadap sang
sufi-sufi yang disebutkan. Saya maklum, mengira mungkin sang khatip ahli ibadah
yang luar biasa atau pengikut sang sufi. Namun disisi lain saya juga heran,
sang khatip selalu terbata-bata ketika mengucapkan kepanjangan dari SAW
(sallalaa hu`alaihi wasallam) dan SWT (subhaana hu wata`aala). Bahkan
ke-terbataan-nya sampai pada pengulangan yang berkali-kali. Lagi lagi saya
maklum, barangkali sang khatip memang agak kurang fasih atau kurang bisa
mengucapkannya karena ada masalah dengan mulut.
Ketika
khutbah menuju akhir nasehat, sang khatip terus terang membuat saya terkejut
ketika menggunakan pendapat dari tokoh mu`tazilah (padahal banyak pendapat yang
lebih bagus dan searah dari tokoh lainnya). Saya semakin heran.
Akhirnya,
khutbah penutup pun dimulai.
Sang
khatip seperti bukan hanya membuat saya terkejut, tapi jama`ah lainnya juga
tidak kalah terkejut. Selain bacaan yang salah, kata-kata khutbah yang
amburadul, rukun khutbah dan bacaan do`a juga harus dibantu oleh para
jama`ah.!.
“Ada
apa gerangan??” pikir saya dalam hati.
Supaya
sedikit menghibur diri dan tidak berfikir macam-macam dan jangan sampai
berburuk sangka pada sang khatip, saya akhirnya menyimpulkan ; pasti sang
khatip adalah seorang mu`alaf yang belum sepenuhnya bisa berkhutbah dan tidak
paham banyak tentang islam.
Seharusnya
pengurus mesjid tidak meminta beliau untuk khutbah, karena kasihan sekali
beliau (khatip) yang belum mampu untuk khutbah. Saya
bahkan sedikit menyayangkan menajemen pengurus mesjid yang salah memilih
khatip.
Akhirnya,
ketika shalat jum`at usai, saya keluar dan kembali ketempat teman saya.
Kebetulan teman saya ini kuliah di Fakultas Ushuluddin. Dan betapa terkejutnya
saya ketika teman saya mengatakan sambil tersenyum, bahwa yang menjadi khatip
tadi adalah Dosen Senior di Fakultasnya.!.
“Ushuluddin??
Dosen Senior tadi..!!??” Tanya saya hampir tidak percaya.
“Iya,
beliau Dosen Senior di Jurusan Filsafat. Pemimpin Dosen Liberal”. Jelas teman
saya yang tau banyak hal tentang Fakultasnya.
“Oh…
setau saya Orang Filsafat itu kritis. Apa lagi Liberal. Mereka sendiri
berpendapat, orang Filsafat apa lagi ditambah liberal selain kritis juga
berfikir agak maju “ kata saya.
“gak
tanggung-tanggung !, Saking majunya, Dosen Senior yang jadi khatip tadi juga
mengajar di Pasca Sarjana untuk pendidikan islam dan Filsafat”, katanya.
Lalu
kenapa bisa begitu ya? Pikir saya.
Belum
sempat saya menuntaskan berfikir, teman saya langsung melanjutkan kalimat yang
membuat saya terkejut dan maklum akan kejadian dimesjid tadi.
“beliau
itu, kata mahasiswa-mahasiswa pasca, kalau pertama mengajar dan masuk
keruangan, didepan mahasiswa beliau langsung menyobek Al-Quran dengan seraya
dan lantang mengatakan ‘Lihat, Al-Quran ini adalah makhluk.!!’, atau mengatakan
‘kalau masuk filsafat dengan saya, silahkan anda tinggalkan agama anda diuar
sana dan jangan bawa masuk kedalam sini”
Mmmmm…..
saya menarik nafas dalam-dalam.
Barangkali
kalau saya mengatakan “Dosen Durhaka” dengan Agamanya, sah-sah saja sepertinya.
Belajar islam berpuluh-puluh tahun hanya untuk menghancurkan islam dengan
filsafat liberalnya. Makanya sang Dosen tidak bisa berkhutbah dengan benar
walau sudah menjadi Guru besar di Universitas Islam.
Wallahu`lam…
Dalam
Ruang 4 X 3 meter.
Kota
Praja (banda aceh)
Mantap, mantap. XD
BalasHapusdron ken lebeh bereh tgk. neu purunoe loen oleh blog beu get lah.. :)
BalasHapusaduhhh...ngeri jg ceritanyah. bener2 ngejutin. semoga orang seperti beliau ga banyak ^_^
BalasHapus